Blogroll

Minggu, 08 Mei 2011

PENDAKIAN BERSAMA GUNUNG BUNTU KARUA TANA TORAJA

Kekuatan berpikir sangat menentukan bagaimana kehidupan kita di masa yang akan datang, perjalanan hidup yang panjang dan penuh tantangan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tak layak kiranya, jika kita manusia sebagai mahkluk sempurna, yang di karunia akal pikiran, tidak mampu melawan kerasnya kehidupan. Mungkin pertanyaan yang muncul adalah bagaimana membentuk kekuatan berpikir yang kuat. Ini adalah masalah bagi sebagian orang, tapi salah satu hal yang perlu anda coba untuk membentuk kekuatan berpikir yaitu dengan melakukan pendakian gunung. Mengapa dengan mendaki gunug ?.

Karena seseorang yang melakukan pendakian gunung akan terbentuk di dalam dirinya sikap mental yang kuat, dan pertumbuhan fisik yang sehat, serta tumbuh dihatinya rasa cinta terhadap sesama, terhadap alam dan terhadap tuhan, tentunya anda tahu dari situlah pikiran positif terbentuk.
Pasti anda mengetahui seorang pelopor terbentuknya pecinta alam di Indonesia yang bernama Soe Hok Gie yang terkenal karena tulisan-tulisannya, salah satu tulisannya yang pernah di muat di harian kompas adalah sebagai berikut :

Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa
yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Kutipan diatas saya tau telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul ketika seseorang pendaki di tanya tentang alasan mereka naik gunung. Seluruh peserta pendakian bersama baik warga Pandu Alam Lingkungan maupun simpatisan jika di tanya tentang hal yang sama tentunya mereka memberikan jawaban yang tidak jauh berbeda. Mungkin itulah alasan, kami mendaki di Gunung Buntu Karua, di Desa Balla’, Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja.
Seolah waktu yang tak pernah terlupakan bagi warga Pandu Alam Lingkungan serta seluruh peserta yang ikut. di dalam pendakian bersama Gunung Buntu Karua yang memiliki ketinggian 2776 mdpl. Waktu itu hari kamis, 07 April tahun 2011. Angin malam yang berhembus begitu dingin sampai menusuk tulang sekitar pukul 20.00 Wita, seluruh peserta pendakian bersama berkumpul di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar. Mereka berkumpul bersama menuggu kedatangan bus Toraja Ria yang akan mengangkut ke lokasi kegiatan.

Gunung Buntu Karua ini merupakan salah satu gunung yang ada di Tana Toraja, yang mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, itu dapat dilihat dari panorama alamnya yang indah yang bisa menarik perhatian para wisatawan untuk berkunjung di tempat ini, selain itu, menurut imformasi di Gunung Buntu Karua juga terdapat sumber belerang ini juga bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk berkunjung di tempat ini. Kemudian terdapat juga permandian air panas yang bisa kita nikmati sebelum atau setelah kita kembali dari Gunung Buntu Karua.

Perjalanan menuju Tana Toraja bukanlah perjalanan yang dekat, Berangkat dari Makassar melewati beberapa kabupaten dan kota setelah menempuh perjalanan sekitar Sembilan jam barulah kami tiba di kota Makale. Dari kota Makale kita menuju ke desa terakhir. Ditempuh sekitar dua jam perjalanan menggunakan Bus. Kami tiba di desa terakhir pada jum’at pagi 8 April 2011, kemudian melanjutkan perjalanan menuju desa terakhir dengan berjalan kaki.
Sekitar pukul 08.00 Wita, kami tracking menuju desa terakhir sambil membawa bibit yang telah kami diambil di kota Makale, bibit ini, akan di bagikan kepada penduduk di desa terakhir. Setelah tracking sekitar dua jam, maka kami tiba di kaki gunung desa terakhir.

Dikaki gunung kami tinggal disalah satu rumah penduduk setempat yang bernama pak Bagenda. sekitar pukul 10.00 Wita kami sampai di rumah ini. Kedatangan kami di rumah pak Bagenda diterima dengan baik. Ini merupakan kesyukuran yang luar biasa. Dirumah pak Bagenda inilah kami melakukan persiapan kegiatan. Salah satu kegiatannya adalah pembagian bibit kepada masyarakat setempat. Dalam pembagian bibit berupa bibit pohon jati dan pohon mahoni masyarakat di sana merespon dengan baik ini ditandai dengan antusias masyarakat saat pembagian bibit berlansung.
Pada tanggal 9 April 2011, sekitar pukul 09.00 Wita, seluruh peserta pendakian bersama meninggalkan rumah pak Bagenda di didesa terakhir kemudian tracking menuju Gunung Buntu Karua.

Gunung Buntu Karua yang diyakini oleh masyarakat setempat memiliki delapan puncak yang sesuai dengan namanya ini Untuk sampai di puncak yang sesungguhnya kita harus melewati tujuh puncak terlebih dahulu. Sebelum pendakian Gunung Buntu Karua, kami telah membagi tugas untuk mendapatkan imformasi data penting mengenai keadaan jalur pendakian, seperti keadaan vegetasi yang datanya di ambil oleh Siang Hati bersama Dwi Indah Puspita , titik kordinat serta ketinggian tempat setiap pos oleh Fadly Suhati dan kronologis kegiatan serta waktu tempuh dari setiap pos menuju pos selanjutnya dicatat oleh Zulfikar Taufik.
Setelah pembagian tugas selesai, saya dan seluruh peserta memulai perjalanan ke Gunung Buntu Karua. Itu terasa sangat mendebarkan bagi saya, mungkin, karena ini adalah pengalaman pertama saya tetapi rasa itu seolah hilang ketika sampai di pos I. Pos yang jaraknya lumayan jauh ini kita tempuh dalam waktu sekitar satu jam dari kaki gunung di desa terakhir. Pos 1 memberikan pesona alam yang sangat indah di tambah pemandangan rumah tongkonan di sekitar kota bittuang yang bisa kita nikmati di tempat ini . Kami tahu ini baru perjalanan awal dan kami tahu pemandangan di pos selanjutnya pasti memberikan warna yang berbeda dan tidak kalah menarik. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya.
Setelah melewati hutan alam yang rimbun yang seolah tersenyum melihat kedatangan kami. Kemudian kami melewati juga hutan bambu yang bergerombol dan seolah tenang karena tidak ada gangguan manusia yang tampak padanya. Ini juga salah satu puncak, tentunya perjalanan selanjutnya kami harus tracking menuruni lembah dengan kemiringan yang terjal. Wow sungguh butuh perjuangan yang keras serta kehati-hatian yang tinggi karena kapan tergelincir hidup adalah taruhannya.

Akhirnya kami tiba di Pos 3 sekitar pukul 12.30 Wita. Di pos 3 ini merupakan salah satu pos kehidupan. Mengapa saya menyebutnya pos kehidupan karena setelah kita melewati dua pos sebelumnya baru di pos ini ada sumber air. Pos ini juga merupakan pos yang unit di bandingkan dengan pos yang lainnya karena diapit oleh dua puncak. Setelah istrahat dirasa cukup kami tracking menuju pos selanjutnya .
Menanjak dan penuh lumut itulah jalur menuju pos 4, Kerjasama di sini sangat dibutuhkan. Disini juga kami belajar betapa pentingnya sebuah kebersamaan dalam perjalanan hidup. Jika dari pos 2 menuju pos 3 kami melewati lembah, maka disini sebaliknya kami harus menanjak. Tentunya, ini bukanlah hal yang harus kita hindari tetapi kita harus mampu melewatinya dengan penuh semangat, tidak ada kata menyerah sebelum puncak dicapai.

Tanjakan yang begitu terjal tak mampu menghalangi perjalanan kami untuk sampai di pos 4. Sekitar pukul 13.45 kami tiba di pos 4 yang di kelilingi hutan alam dengan ciri khas pohon yang berlumut sampai di tajuknya ini tentunya memberikan sensasi yang berbeda. tetapi disini di temukan sebagian besar pohon yang tumbuh di penuhi dengan lumut. Ini juga membuktikan betapa dinginnya tempat ini jika di bangdingkan dengan dinginnya di kota. Setelah menikmati pemandangan di pos 4, tracking di lanjutkan ke pos selanjutnya.

Tenaga mulai terkuras habis tetapi semangat kami tak pernah padam. Sekitar pukul 15.00 Wita, akhirnya kami tiba di pos 5. Untuk menggambarkan pos 5 kita harus menoleh kembali ke pos sebelumya, keadaanya tidak jauh berbeda yaitu dengan ciri khas hutan alam, dengan pepohonan yang berlumut sampai di tajuk. Yang sedikit membedakan, itu hanya keadaan jalur yang agak landai menuju pos ini. Rasanya sudah tidak sabar untuk sampai di lokasi camp, tracking dilanjutkan menuju pos selanjutnya yang juga merupakan pos terakhir yang kita lewati untuk hari ini.
Perjalanan menuju pos 6 jalurnya agak landai. Sekitar pukul 16.00 Wita kami tiba di pos 6 yang merupakan lokasi camp. Sejenak istrahat untuk mengobati kelelahan yang seharian penuh melakukan perjalanan yang panjang. Setelah istrahat terasa sudah mengobati lelah yang kami rasakan, dilanjutkan dengan pembangunan camp dan persiapan kegiatan untuk malam harinya.
Dalam pemilihan lokasi camp, kami tidak asal memilih, kami punya pertimbangan khusus diantaranya harus ada sumber air, tempatnya harus datar, dan kami harus aman dan merasa nyaman di tempat itu. Kami, melihat di pos 6, memiliki criteria itu, dimana terapat sungai yang sudah mongering, meskipun begitu, masih ada genangan-genangan air yang bisa di mamfaatkan sebagai sumber air, tempatnya juga agak datar, dan di bangdingkan dengan pos yang lainnya tentunya di sinilah tempat yang paling aman dan nyaman. Maka dari itu, kami pun sepakat menghabiskan malam di tempat ini.
Sore berganti menjadi malam dan malam berganti menjadi pagi yang di tandai terbitnya mentari di ufuk timur. Kami bersiap melanjutkan perjalanan. Tak terasa berguliranya waktu hari ini kita telah tiba di hari Minggu bertepatan tanggal 10 April 2011. Minggu pagi yang cerah dan perasaan hati yang ceria karena hari ini kita lanjutkan kembali perjalanan dan semua peserta masih dalam kondisi sehat dan penuh semangat tentunya.

Kami meninggalkan camp dan tracking menuju pos 7 sekitar pukul 09.00 Wita. Dalam tracking menuju pos ini dilewati hutan alam, semak berduri, serta memiliki jalur yang agak datar. Perjalanan di tempuh sekitar satu jam. Sekitar pukul 10.00 Wita, kami sampai di pos 7, pos yang memberikan strawbery hutan, dan juga terdapat sumber air. Kami istrahat sejenak ditempat ini untuk melepas rasa lelah sambil menikmati pemandangan yang indah. Setelah istrahat di rasa cukup lanjut tracking menuju puncak gunung buntu karua.

Kini tiba saatnya, waktu yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh peserta. Salah satu tujuan utama yaitu mencapai puncak Gunung Buntu Karua dimana saat-saat itu sudah bisa dikatakan ada di depan mata. Setelah menempuh perjalanan dalam waktu sekitar satu jamdari pos 7 atau tepatnya pukul 11.00 Wita, akhirnya sampai di puncak Gunung Buntu Karua yang memiliki ketinggian 2776 mdpl. Dengan tiba di puncak Gunung Buntu Karua maka tentunya perasaan senang telah di rasakan oleh semua peserta. Kami berada Di puncak gunung buntu karua sekitar satu setengah jam. Tentunya tidak ada yang ingin melewatkan momen ini begitu saja. Maka, hal yang wajib dilakukan adalah mengabadikan momen yang sangat langka ini. Salah satu cara mengabadikannya adalah berfoto-foto sambil menikmati keindahan dan pesona puncak Gunung Buntu Karua.

Setelah sampai di puncak Gunung Buntu Karua terdapat triangulasi yang menurut imformasi penduduk setempat di buat pada zaman penjajahan Belanda, triangulasi ini tertutup oleh vegetasi hutan alam yang rapat, di dekat triangulasi juga terdapat penanda untuk menuju sumber air, tetapi setelah di cek, sumber airnya sedang mengering. Lokasi triangulasi berada di tempat yang agak datar, disekitar triangulasi juga beberapa tanda yang di buat oleh pendaki sebelum kami.
Sekitar pukul 12.30 Wita, setelah seluruh peserta telah menikmati keindahan pemandangan dan pesona di puncak gunung buntu karua. kami harus kembali lagi menuju pos sebelumnya yaitu pos 7. Setelah tiba di pos 7 sekitar pukul 13.30 Wita, kami istrahat untuk mengambil air minum, setelah itu tracking menuju pos 6 yang merupakan lokasi tempat camp.

Sekitar pukul 14.30 Wita, kami tiba di lokasi tempat camp. Karena merasa lelah, semua peserta istrahat. Di lokasi tempat camp ini kami akan menghabiskan malam sebelum di desa terakhir. Tentunya banyak hal yang harus di persiapkan, seperti komsumsi dan penerangan di malam hari. Seluruh panitia, tentunya dengan kerjasama tim mempersiapkan seluruh kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Pada hari kamis, tanggal 11 April 2011. dilakukanlah pembersihan camp selanjutnya packing barang dan perlengkapan. Sekitar pukul 08.45 Wita, kami tracking menuju pos 5. Sekitar pukul 09.15 wita, kami tiba di pos 5 tanpa istrahat dilanjutkan tracking menuju pos 4. Sekitar pukul 10.00 Wita tiba di pos 4, kemudian istrahat, selanjutnya tracking lagi menuju pos 3. Sekitar pukul 10.45 Wita tiba di pos 3, di sini pemandangan cukup indah sayang jika di lewatkan begitu saja sehingga dilakukan foto bersama. Setelah itu, tracking dilanjutkan lagi menuju pos 2 , Sekitar pukul 11.25 Wita, kami tiba di pos 2, kemudian istrahat. Selanjutnya tracking menuju pos 1. Sekitar pukul 12.30 Wita, kami tiba di pos 1. Karena pos 1 menarik dan letaknya yang strategis di puncak bukit, pemandangan yang diberikan sangat indah. Sebelum meninggalkan pos 1, kami melakukan pengabadian tempat dan yang terpenting membersihkannya. Setelah itu, tracking menuju desa terakhir.

Selama tracking menuju desa terakhir tentunya perasaan telah bercampur aduk. Selain karena senang karena telah kembali dari pendakian bersama di puncak gunung buntu karua. Pastinya ada juga rasa sedih karena harus meninggalkan keindahan Gunung Buntu Karua. Kami tentunya tidak mengetahui kapan lagi kita bisa datang di Gunung Buntu Karua ini dengan sejuta pesona keindahan alamnya yang sungguh menajubkan.
Sampai di desa terakhir, tepatnya di rumah Pak Bagenda sekitar pukul 14.00 Wita. Tentunya perasaan bertambah senang karena kami kembali dengan keadaan selamat dengan membawa banyak pengalaman, pengetahuan yang akan menginspirasi di dalam hidup kita untuk menjadi manusia yang lebih bersahabat dengan alam.

Setelah menghabiskan waktu selama satu hari di desa terakhir. Pada hari selasa, sekitar pukul 09.00 Wita, kami meninggalkan rumah Pak Bagenda Sebelum meninggalkan rumah Pak Bagenda kami pamitan. Kami juga pamitan dengan penduduk setempat. Tentunya rasa terima kasih kami ucapkan karena telah menerima kami di desa mereka, terutama Pak Bagenda yang rumahnya di jadikan sebagai tempat istrahat. Semoga kedatangan kami, memberikan kesan yang baik terhadap mereka.
Waktu untuk tracking dari desa terakhir menuju kota Bittuang ditempuh sekitar dua jam perjalanan, sehingga kita sampai di kota Bittuang sekitar pukul 11.00 Wita, Sesampainya di kota Bittuang, bus Toraja Ria telah datang lebih awal dan perjalanan menuju kota Makale pun dilanjutkan. Didalam perjalanan menuju kota Makale kita bisa menikmati panorama alam yang indah, serta keunikan rumah tongkonan yang menjadi ciri khas daerah ini.

Sekitar Pukul 13.00 Wita, tiba di kota Makele, selanjutnya menuju kantor Dinas Perkebunan dan Kehutanan yang letaknya kota Makele. Di sini di lakukan pengambilan bibit Angsana berjumlah 130 bibit pohon. Kemudian, menuju rumah Kak Lydia salah satu dari peserta pendakian bersama Gunung Buntu Karua yang juga berasal dari Tana Toraja yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari lokasi penanaman dan kantor tempat pengambilan bibit. Sekitar pukul 13.30 Wita, tiba di rumah Kak Lydia. Dirumah inilah, kami istrahat.

Pada pukul 15.30 Wita, dilakukanlah penanaman bibit di sepanjang jalan di sekitar kantor daerah Kabupaten Tana Toraja. Penanaman bibit ini selain diikuti oleh peserta, juga mendapat antusias dari masyarakat setempat, juga dari KPA dan SISPALA SMA yang ada di kota Makale. Selain itu. Ada juga, pegawai dari dinas Perkebunan dan Kehutanan kota Makale. Ini juga, merupakan bukti bahwa instansi dan masyrakat setempat merespon baik kegiatan penanaman ini.

Sekitar Pukul 17.00 Wita, kegiatan penanaman telah selesai. Selanjutnya, kami kembali kerumah Kak Lydia untuk persiapan pulang menuju kota Makasaar. Sekitar pukul 20.00 Wita, dilanjutkanlah perjalanan kembali menuju kota Makassar. Akhirnya, kami tiba di kota Makasar Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin pada hari rabu, tanggal 13 April 2011.

Pendakian bersama Gunung Buntu Karua merupakan pengalaman pertama buat saya. Kegiatan ini selain menambah wawasan juga memberikan pembelajaran hidup tentang arti sebuah kehidupan yaitu kita hidup bersama orang lain maka kita harus saling memberikan kebaikan, kita hidup bersama alam maka kita harus menjaganya dan kita hidup karena anugerah tuhan maka dari itu kita harus selalu dekat padanya.


Jaya di hutan
Jaya di gunung
Jaya akademika

SULFIKAR PAL GM 17

1 komentar:

IRV. BLOG'S mengatakan...

mantap bro, pengen naik juga

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India