Blogroll

Selasa, 05 April 2011

7 puncak Gunung Latimojong


Gunung Latimojong adalah salah satu gunung unik di Sulawesi dengan tujuh puncaknya yang eksotis. Membentang dari utara ke selatan di tengah-tengah pulau tersebut, Gunung Latimojong tercatat berada di wilayah administratif Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Gunung Latimojong berpuncak tujuh, lebih tepat disebut pegunungan dengan badan-badan gunung yang saling berimpit dan membentuk formasi unik. Puncak tertingginya berjaya dengan ketinggian 3.478 mdpl. Tidak berlebihan kiranya jika pegunungan ini disebut “Big Mountain.”

Tujuh puncak itu membujur teratur, adalah:

1. Buntu Sinaji (2.430 mdpl)
2. Buntu Sikolong (2.754 mdpl)
3. Buntu Rante Kambola (3.083 mdpl )
4. Buntu Rante Mario (3.430 mdpl )
5. Buntu Nenemori (3.097 mdpl )
6. Buntu Bajaja (2.700 mdpl )
7. Buntu Latimojong (2.800 mdpl )

Boleh dibilang, angka tujuh adalah angka eksotis dan mistis, maka demikian juga dengan Gunung Latimojong yang mistis dan eksotis. Keindahannya terbentang sepanjang pendakian, dan warna mistis begitu kuat di dalamnya.

Aroma Mistis

Menurut kepercayaan setempat, pegunungan ini konon merupakan asal-usul nenek moyang orang Enrekang, Toraja, Luwu, dan Bone. Kepercayaan ini dibarengi dengan kepercayaan mistis yang bersumber dari legenda-legenda setempat yang didominasi oleh suku Duri, yang berkomunikasi menggunakan bahasa Duri. Mereka mendiami daerah Baraka hingga Karangan pada jalur pendakian Latimojong, dan mayoritas petani kopi.

Suku Duri meyakini bahwa arwah nenek moyang mereka bersemayang di tempat-tempat tertentu di Latimojong. Begitu pula dengan berbagai tempat dianggap memiliki penunggu.

“Gunakan gelang rotan,” demikian biasa dikatakan para pemandu.

Mengenakan gelang rotan diyakini mampu melindungi para pendaki dari gangguan penunggu gunung atau makhluk halus. Sesuai kepercayaan adat setempat, gelang rotan adalah simbol bahwa mereka bertamu baik-baik. Sebab, gelang rotan adalah simbol leluhur mereka yang konon bernama Janggok Riri dan Nenek Menga.

Aroma mistis juga tampak pada kepercayaan setempat yang mengharuskan memperhatikan tanda-tanda alam. Misalnya, kepercayaan bahwa apabila kita mendengar suara burung maka itu pertanda baik dan pendakian bisa dilanjutkan. Namun, jika bukan suara burung melainkan dengungan lebah, hendaknya pendaki kembali turun sebab itu merupakan pertanda buruk.

Rute Pendakian

Umumnya, akses pendakian Latimojong dimulai dari Kecamatan Baraka. Wilayah ini bisa dicapai dari arah Makassar dengan angkutan umum, dan turun di Cakke. Dari Cakke, tersedia angkutan lokal menuju Baraka.

Dari Baraka, dilanjutkan dengan perjalanan menuju Buntu Dea. Angkutan yang tersedia biasanya mikrolet atau ojek. Dari Buntu Dea kemudian menuju Dusun Latimojong dengan jalan kaki. Perjalanan serupa dilanjutkan menuju Dusun Karuaja yang terletak persis di lembah. Dari desa ini, menuju desa terakhir di kaki Latimojong, yakni Desa Karangan.

Para pendaki biasanya menginap di rumah penduduk di Desa Karangan untuk menunggu waktu yang tepat memulai pendakian. Di samping itu, di desa ini mereka bisa menyiapkan fisik dan perbekalan untuk mendaki gunung eksotis tersebut.

Tujuh Pos Pendakian

Pendakian Latimojong memiliki tujuh pos, yaitu:

Pos 1: Buntu Kaciling

Dari Desa Karangan menuju Pos 1 ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri sungai Salu Karangan. Jalanan mulai menanjak dengan kemiringan 50-70 derajat. Di jalur ini banyak sekali terdapat percabangan. Buntu Kaciling terletak pada ketinggian 1.800 mdpl, merupakan area datar terbuka seukuran 4 meter persegi.

Pos 2: Gua Sarung Pakpak

Jalur ini merupakan medan berkontur naik-turun di sisi lembah dengan sungai yang mengalir deras. Di areal pos berukuran 4 meter persegi dengan lokasi unik di bawah tebing ini, para pendaki biasanya mendirikan tenda dan bermalam.

Pos 3: Lantang Nase

Medan ekstrem mendominasi jalur ini dengan tanjakan terjal kemiringan 80 derajat. Jika lengah sedikit, bisa menjadi jebakan maut di mana pendaki terjungkal ke belakang. Lantang Nase berada pada ketinggian 1.940 mdpl.

Pos 4: Buntu Lebu

Jalur ini tidak seekstrem sebelumnya. Kemiringannya menurun menjadi kisaran 60-70 derajat. Namun, tetap dibutuhkan kewaspadaan tinggi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pos Buntu Lebu berada pada ketinggian 2.140 mdpl, merupakan areal datar seluas 6 meter persegi yang tertutup rerimbunan pohon.

Pos 5: Soloh Tama

Berada pada ketinggian 2.480 mdpl, areal ini berkapasitas sepuluh tenda. Merupakan areal datar yang terletak di punggung gunung dengan panorama menawan. Soloh Tama juga biasa dijadikan tempat bermalam oleh pendaki.

Pos 6: Mengintip Tujuh Puncak Latimojong

Berada di ketinggian 2.690 mdpl. Dari pos ini, sudah mulai terlihat jajaran tujuh puncak Latimojong.

Pos 7: Kolong Buntu

Kolong Buntu terletak pada ketinggian 3.100 mdpl. Jalur jalan setapaknya sudah diperbaiki. Dan dari sini, sudah terlihat jelas tujuh puncak Latimojong yang berbaris rapi menyambut pendaki.

Dari pos terakhir ini, pendakian yang sebenarnya dimulai. Diawali dengan persimpangan jalan di areal terbuka, jalur ke kiri menuju puncak Rante Mario, jalur ke kanan ujung 30° menuju puncak Nenemori, sedangkan jalur ke kanan 90° merupakan jalan menurun menuju Palopo.

Puncak-Puncak yang Eksotis

Puncak Rante Mario adalah puncak tertinggi Latimojong. Puncak yang indah ini masih ditumbuhi hutan vegetasi alam. Dari puncak yang dingin dan berkabut, mata bebas memandang alam. Enrekang berada di keremangan yang mistis dan sakral.

Puncak Nenemori tak kalah membius dibanding Rante Mario. Jalur menuju Nenemori didominasi hutan berpohon tinggi besar dengan selimut lumut licin tebal. Jika beruntung, pendaki bisa bertemu anoa, fauna khas Sulawesi yang semakin sedikit populasinya dan masuk dalam kelompok satwa dilindungi.

Latimojong, dengan tujuh puncaknya yang eksotis, menunggu kunjungan Anda

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India